Tuesday, July 2, 2013

Sentuhan Gus Dur Jadi Kunci Kesuksesan Sejumlah Tokoh

Siapa yang tak kenal Mahfud MD, mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yang selama menjabat telah menunjukkan konsistensinya dalam mengawal hukum di Indonesia. Publik juga mengenal KH Said Aqil Siroj, ketua umum PBNU, yang dengan setia mengawal NKRI dan kemajemukan di Indonesia.

Itulah beberapa contoh tokoh nasional yang besar dengan sentuhan tangan Gus Dur. Tanpa sentuhan Gus Dur, mereka-mereka itu belum tentu memperoleh pencapaian seperti itu. Bagi Kiai Nuril Arifin, sahabat Gus Dur yang dikenal dengan pasukan berani matinya ini, kemampuan Gus Dur dalam merawat dan mengawal kader-kadernya sehingga menjadi tokoh, baik di nasional maupun daerah merupakan salah satu bukti kewalian.

“Seorang wali tidak memikirkan dirinya sendiri, tetapi bagaimana memberdayakan masyarakat,” katanya.

Tak terhitung para kader Gus Dur yang berkiprah dalam berbagai bidang, dari kiai dan ulama, birokrat, politisi, ilmuwan, aktifis LSM dan lainnya. Tak harus selalu dikenal oleh publik, peran-peran yang mereka jalankan di masyarakat dengan sentuhan kemanusiaan merupakan kelanjutan dari cita-cita Gus Dur yang terus dihidupkan.
Kezuhudan Gus Dur 
Soal kezuhudan Gus Dur, Gus Nuril, panggilan akrabnya, mengatakan, jarang ada orang yang bisa seperti mantan ketua umum PBNU ini. Ia menuturkan, suatu ketika, menjelang lebaran kurang dari satu hari, ia disambati Gus Dur karena tidak punya uang, padahal Idul Fitri sudah menjelang.

Sampean enak, tiap ceramah pasti dapat sangu. Sekarang ini, saya ngak punya uang sama sekali,” kata Gus Dur.

Kebetulan, saat itu, ia sedang memegang uang tiga juta. Dua juta diberikan pada Gus Dur, lalu yang sejuta buat dirinya sendiri. Belum sempat beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba ada tamu yang datang, dan menyampaikan mau membuat tempat wudhu di musholla, tetapi tidak punya uang. Tanpa pikir panjang, Gus Dur memberikan uang 1.5 juta.

Gus Dur juga pejuang kemanusiaan sejati. Ia memberi bantuan kepada siapapun tanpa melihat asal usul, agama atau golongan. Banyak orang ketika memberi bantuan, masih melihat agamanya apa, lalu kemudian masih dilihat golongannya atau partainya apa, Gus Dur menempatkan sisi kemanusiaan diatas segalanya.

“Sifat-sifat seperti ini merupakan sifat yang dimiliki oleh para wali, yang menempatkan rahmat bagi semua orang diatas kepentingan sempit,” tandasnya.

Ia mengaku sudah akrab dengan Gus Dur sejak kecil. Karena keyakinannya akan kewalian Gus Dur inilah yang membuat ia terus mendukung dalam masa-masa krisis kepemimpinan, ketika banyak orang sudah mulai menyingkir dari sekitar untuk menyelamatkan diri masing-masing.

“Dan apa yang saya lakukan ternyata benar, terbukti setelah Gus Dur meninggal, semua mengakui peran dan jasanya,” tandasnya.

No comments:

Post a Comment