Tuesday, July 2, 2013

Apa yang Membuat Gus Dur lebih Populer dari Bapak dan Kakeknya

Sebuah pertanyaan menggantung di hati KH Maimun Zubeir, salah satu kiai sepuh NU asal Sarang Jawa Tengah. Amalan apa yang dilakukan oleh Gus Dur sehingga sampai meninggal pun orang terus menghormatinya, masyarakat berduyun-duyun tak henti-hentinya menziarahi makamnya. Boleh dikata penghormatan yang diberikan melebihi kepada ayah dan kakeknya, para pendiri dan generasi awal NU yang keduanya jug mendapat gelar pahlawan nasional.

Pertanyaan ini akhirnya menjadi diskusi bersama dengan H Nasihin Hasan, mantan ketua PP Lakpesdam NU dan aktifis LSM senior, saat kiai sepuh ini berkunjung ke rumahnya di kawasan Kebun Jeruk Jakarta.

“Saya juga kaget mendapat pertanyaan ini. Ini pertanyaan yang dalam sekali dan membuat saya berfikir, Gus Dur ada apanya, kok melebihi ayahnya, melebihi kakeknya. Kiai Maimun juga bilang, ia tahu semua tentang kakehnya, tentang ayahnya, tapi mereka berdua tidak seperti itu”

Ia menuturkan, Meskipun semasa hidup Gus Dur dan kiai Maimun selalu menghormati, tapi Kiai Maimun tak jarang berseberangan terhadap beberapa sikap Gus Dur yang dianggap nyleneh. Perdebatan intelektual biasa yang memperkaya khazanah keilmuan di lingkungan NU.

Merenunglah mereka berdua dalam kesunyian atas pertanyaan pelik ini. Akhirnya diidentifikasikanlah sejumlah sikap dan tindakan Gus Dur yang membuat ia menjadi orang besar. 

Mereka berdua menemukan tiga kelebihan Gus Dur. Pertama, ia orang yang sangat dermawan atau loman. Ketika orang membutuhkan apa yang dia punya, diberikan, padahal kebutuhannya bukan main untuk keluarga. Kisah tentang ini salah satunya bisa dibaca di edisi Gus Dur Wali 52 dengan link http://nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/36352/Warta/Nasib_Mobil_Citroen_Merah_dan_Pabrik_Kecap_Gus_Dur.html

Kelebihan kedua adalah, silaturrahmi. Kemana pun pergi, ia selalu berusaha mengunjungi teman yang dekat dengan lokasi tersebut. “Ia tidak peduli, pokoknya adal lewat, ada teman, pasti diampiri. Kalau perlu dicari orangnya,“

Karena sering berkunjung ke teman-temannya, akhirnya Gus Dur juga banyak menerima tamu di Jakarta. “Kalau dibilang zaman sahabat Nabi, Abdurrahman Wahid, banyak tamunya sehingga masak terus, sehingga banyak abunya di rumah,“

Kelebihan ketiga adalah pemaaf, “Orang tidak tahu bahwa Gus Dur pemaaf. Saya banyak kesalahan, tapi dilupakan, asal kemudian kita baik-baik, tapi kalau kita dendam, dia lebih dendam lagi.“

Suatu ketika ada Kiai yang menuduh Gus Dur pendukung zionis, Nasihin menuturkan Gus Dur tak melupakan peristiwa itu, tetapi kiai tersebut akhirnya dimaafkan dan malam diberi posisi strategis.

Kewalian Gus Dur juga bisa dilihat dari perspektif rasional. Istilah wali memang banyak dipakai di Indonesia, ada wali murid, wali sekolah, wali nikah dan sejenisnya yang semuanya berarti mewakili.

Gus Dur, merupakan wali Indonesia dalam arti yang sebenarnya, mewakili rakyat Indonesia, bahkan bukan hanya mewakili komunitas NU untuk memperjuangkan keadilan.

“Kalau sudah membela manusia yang tertindas, pasti dekat dengan Allah. Jadi jangan dilihat dari aspek, wah dia bisa ngomong dengan kuburan, kalau dia memiliki kemampuan itu, karena kemampuan dia. Saya menerjemahkannya ke sana, pembelaannya pada kemanusiaan,“ tandasnya.

No comments:

Post a Comment