Tuesday, July 2, 2013

Ternyata 80 Persen Pendapatan Gus Dur untuk Umat

Kiai merupakan kelompok sosial yang memberi bimbingan dan arahan, terutama dalam persoalan-persoalan keagamaan. Tak heran waktunya banyak untuk melayani umat sampai-sampai untuk bekerja guna menghidupi dirinya sendiri kadang kala tidak sempat.

Disisi lain, masyarakat pun tahu akan kondisi tersebut, mereka membantu kiai dengan memberi “salam tempel” atau oleh-oleh untuk pesantren dan kiainya sebagai kontribusi masyarakat. Inilah mekanisme unik yang sudah berjalan sejak lama dan menjadikan institusi pesantren mampu hidup tanpa perlu bantuan dari pemerintah karena dibiayai langsung oleh masyarakat dengan sukarela.

Semakin tinggi kedudukan kiai, penghormatan masyarakat pun semakin besar. Kiai sepuh atau kiai dari pesantren besar mendapatkan bantuan yang lebih besar. Gus Dur ketika menjabat sebagai ketua umum PBNU sering sekali mendapat bantuan dari masyarakat yang diterima secara pribadi, tapi meskipun tidak ada akad bahwa ini untuk kepentingan organisasi, Gus Dur tetap mengalokasikan 80 persen untuk organisasi, sementara 20 persen untuk operasional pribadi.

“Beliau pernah mengatakan, tidak mungkin bisa mendapat berbagai sumbangan dari masyarakat kalau tidak dalam posisi menjabat sebagai ketua umum PBNU. Karena itu, dana tersebut tetap dialokasikan untuk NU, bukan untuk kepentingan pribadi,” kata Imam Mudakkir, teman Gus Dur yang seringkali diminta mengelola urusan keuangan.

Keikhlasan Gus Dur dan kedermawanannya inilah yang membuatnya dihormati banyak orang, mendapat doa dari orang-orang yang ditolongnya dan memiliki banyak teman.

Kebijakan 80/20 ini bisa menjadi teladan bagi para kiai dan pengurus NU yang mendapat barokah dalam posisinya sebagai pengurus NU, mulai dari tingkat pusat sampai tingkatan anak ranting. Gus Dur terbukti dan diakui membaktikan dirinya untuk NU, tidak mencari makan atau menunggangi NU untuk ambisi pribadi.

No comments:

Post a Comment