Tuesday, July 2, 2013

Nasib Mobil Citroen Merah dan Pabrik Kecap Gus Dur

Jika anda datang ke tempat Gus Dur, anda akan diterima dengan baik, butuh saran dan nasehat, ia akan memberi masukan, bahkan jika membutuhkan uang untuk keperluan ummat, ia tak segan-segan memberikan apa yang dimilikinya, sekalipun secara pribadi ia sangat membutuhkan.

Ciri umum para kiai memang seperti itu, siap didatangi masyarakat kapan saja untuk menerima keluh kesah dari ummat, tetapi pengorbanan yang dilakukan oleh Gus Dur melampaui prestasi rata-rata para kiai sehingga penghormatan yang diberikan kepadanya juga jauh lebih tinggi, apalagi dengan sejumlah karomah yang dimilikinya. Masyarakat menyebutnya wali.

Nasihin Hasan, teman akrab Gus Dur dalam aktifitas LSM, memiliki kisah yang bisa menjadi teladan tentang pengorbanan Gus Dur.

Tahun 80-an, mereka berdua bergiat di LSM Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M). Untuk beraktifitas, Gus Dur kala itu sudah memiliki sebuah mobil merk Citroen kecil berwarna merah, yang seringkali ditaruh di kantor P3M.

Suatu ketika, Gus Dur berencana meningkatkan kesejahteraan keluarga, maklum ada istri dan sejumlah anak yang harus disiapkan biaya sehari-hari dan kebutuhan sekolahnya yang semakin hari semakin besar.

Usaha yang digagas adalah mendirikan pabrik kecap. Sayangnya, biaya investasi awalnya belum punya. Lalu muncullah ide untuk melego mobil merah itu. Nasihin menuturkan, ia diminta bantuan Gus Dur untuk menjualkan.

Setelah ditawarkan ke sana-sini, beberapa bulan kemudian, terjuallah Citroen kecil tersebut dengan harga tiga juta rupiah. Maklum sudah mobil rongsokan. Sinta Nuriyah, istri Gus Dur juga sudah menunggu-nunggu uangnya agar bisnis bisa segera dimulai.

Singkat cerita, transaksi dilakukan, mobil sudah berpindah tangan, digantikan dengan uang segepok yang ditaruh dalam amplop yang oleh Nasihin segera diantar ke rumah Gus Dur.

“Ngak sampai satu hari, ada seorang kiai datang. Ngak tahu gimana ceritanya, duit dalam amplop yang belum dihitung itu diserahkan semuanya ke kiai tersebut,“ kata Nasihin yang menjadi ketua PP Lakpesdam periode 2004-2010 ini.

“Yang kena kan Saya, ditanyain ibu Sinta Nuriyah"
"Bagaimana uangnya yang sudah ditunggu berbulan-bulan itu?" tanya Ibu Sinta
"Ya saya ngak tahu,“
"Trus bagaiman rencana bikin pabrik kecapnya?"
"Ya, saya juga ngak tahu," jawab Nasihin.
Lemaslah mereka berdua dan bubarlah rencana membikin pabrik kecap yang sudah dirancang dalam waktu lama itu,tak ada biaya lagi sementara mobil juga sudah berpindah tangan.

Bagaimana sikap anda jika menghadapi situasi serupa yang dialami Gus Dur?

No comments:

Post a Comment