Tuesday, July 2, 2013

Barokah Salam Tempel Gus Dur

Masih ada kisah lain yang dimiliki oleh Asmanu, salah seorang wartawan yang akrab dengan Gus Dur tentang kebaikan hati ketua umum PBNU periode 1984-1999 ini, yang menunjukkan kecintaannya terhadap persahabatan dengan siapa saja diatas kepentingan material.

Suatu ketika, ia diajak mendampingi Gus Dur, bersama Choirul Anam, ketua PKNU untuk ziarah wali di seputaran Jawa Timur. Perjalanan dilakukan mulai pagi hari dan pulang juga sudah dinihari dengan mengunjungi makam-makam yang nylempit (terpencil) yang susah dijangkau kendaraan.

Salah satu hal yang menarik adalah saat mengunjungi makam Sunan Ampel di Surabaya. Begitu tahu Gus Dur datang, orang-orang yang berada di lokasi langsung saja berebut salaman. Banyak diantara mereka adalah orang Madura, yang memiliki tradisi salam tempel atau menyelipkan uang ketika salaman, sebagai penghormatan kepada kiai.

Asmanu menuturkan, ia bertugas menuntun Gus Dur, yang waktu itu sudah sakit, dan membantu tangannya bersalaman dengan jamaah. Banyak sekali orang yang salam tempel mulai dari 5 ribu, 20 ribu atau jumlah yang lebih besar. Karena situasi yang ramai, uang tersebut dimasukkan dalam kantong sakunya.

Setelah situasi terkendali, ia menghitung perolehan uangnya dengan jumlah sekitar 3 juta rupiah. Kemudian melaporkan kepada Gus Dur.

“Niki wau angsal salaman kathah Gus (tadi dapat uang banyak Gus,“
“Wis pe’en (sudah ambil saja buat kamu)“

“Ngih, matur suwun sanget (Ya, makasih banyak)“
“Enak kan, kumpul karo aku,“ ujar Gus Dur dengan ringan. Lain hari, ia bertemu dengan Yenny Wahid, anaknya Gus Dur dan diceritakan peristiwa tersebut. Yenny pun berkomentar “Seng, sering-sering ae nuntun Gus Dur (Yang sering-sering saja menuntun Gus Dur,“ katanya sambil tertawa.

No comments:

Post a Comment