Tuesday, July 2, 2013

Saat Sekjen PBNU Dibaca Pikirannya oleh Gus Dur

H Ahmad Bagdja, sekjen Gus Dur di PBNU 1994-1999 memiliki banyak cerita soal Gus Dur, diantara sekian banyak urusan organisasi, terdapat beberapa cerita pribadi yang mengesankan yang dikenangnya sampai sekarang.

Soal Gus Dur mau jadi presiden, banyak saksi mata yang menyaksikannya. Entah berapa persen yang benar-benar yakin, sebagian hanya terdiam karena tidak yakin, tetapi tidak enak untuk mengungkapkannya. Sebagian lagi merespon sekedar untuk menyenangkan Gus Dur.

Diantara yang kurang yakin, meskipun hanya disimpan dalam hati adalah Sekjen PBNU sendiri, H Ahmad Bagdja. Rupanya Gus Dur bisa membaca isi hatinya. Mungkin, kalau orang lain tidak masalah, tetapi seorang sekjen harus all out dalam memperjuangkannya, sehingga harus dimotivasi.

Ketika sedang proses mempersiapkan persyaratan pencalonan kepresidenannya, terjadilah komunikasi yang intens di internal PBNU. Pada suatu hari, Gus Dur sedang bertemu dengan Alwi Syihab, belum sempat duduk, masuklah Bagdja dalam ruangan tersebut, dan Gus Dur tiba-tiba nyletuk

“Wi, tahu ngak ente, Bagja ini ngak percaya saya jadi presiden”

“Saya bantah, dari mana tahunya, wong yang mempersiapkan pernyataan Gus Dur mau jadi presiden, saya sama Gus Mus”

“Itu kan ente disuruh sama kiai,“ ujar Gus Dur.

“Saya ngak yakinnya, bukan pada Gus Dur-nya, tetapi sama Amin Rais dan Fuad Bawazier. Dia kan ke pesantren Buntet, ketemu dengan Kiai Abbas. Saya ragu, jangan-jangan hanya mau memakai nama Gus Dur saja,“ kata Bagdja membela diri.

Ketika NU Online menegaskan, apakah memang pernah berbicara soal ketidakyakinannya bahwa Gus Dur akan jadi presiden, ia berkata, “Saya gak pernah ngomong apa-apa kepada siapapun.“

No comments:

Post a Comment